Palangka Raya – Indonesia masih memiliki angka prevalensi stunting yang tinggi yaitu 21,6 (SSGI, 2022) sebelumnya 24,4 persen (SSGI, 2021) dan masih diatas angka standar WHO yaitu di bawah 20 persen. Di Kalimantan Tengah Prevalensi stunting masih berada di angka 26,9 persen (SSGI, 2022) sebelumnya di angka 27,4 persen (SSGI, 2021). Percepatan penurunan stunting menjadi prioritas pembangunan : prevalensinya ditargetkan dapat diturunkan menjadi 14 persen di tahun 2024. Strategi pencegahan stunting dari hulu merupakan upaya preventif untuk memastikan setiap catin berada dalam kondisi idial untuk menikah dan hamil.
Upaya pencegahan stunting harus dilaksanakan dalam berbagai tingkatan wilayah, termasuk di wilayah Kampung Keluarga Berkualitas yang merupakan amanah dari Inpres No. 3 Tahun 2022 yang terdapat di berbagai wilayah di Kalimantan Tengah. Hal ini kita lakukan sebagai upaya menciptakan Kampung Keluarga Berkualitas yang bersinar, artinya sebuah kampung yang memiliki generasi dengan SDM yang baik dan keluarga yang terhindar dari risiko stunting sekaligus bersih dari Narkoba yang merupakan bentuk kolaborasi BKKBN, BNN dan Lintas Sektor.
Hal ini disampaikan Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Prov. Kalteng Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si saat menjadi Narasumber utama di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kalimantan Tengah dalam rangka kegiatan Rapat Koordinasi Pelaksanaan Program Ketahanan Keluarga Anti Narkotika Tahun 2023. Kamis (16/2/23)
Sementara itu Kepala BNN Provinsi Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal Polisi Drs. Sumirat Dwiyanto, M.Si dalam sambutanya saat membuka kegiatan ini menyatakan “ Program intervensi ketahanan keluarga anti narkotika terbukti telah berdampak signifikan pada peningkatan kemampuan orang tua, peningkatan resiliensi anak serta penurunan perilaku negatif pada anak “.tutup Dadi. (wartakalteng)