Banjarbaru – Impian menunaikan rukun Islam ke lima sudah tumbuh dibenak Ahmad Subianto sejak lama. Pria kelahiran Purbalingga, 1 Juli 1942 ini pun mengaku terus berjuang keras mengais rezeki dengan berjualan buah pisang keliling Kota Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
“Saya jualan pisang sejak tahun 1986an. Waktu itu masih muda jadi masih kuat keliling Kota Pangkalan Bun menggunakan sepeda ontel untuk berjualan pisang. Kalau sekarang ya sudah tidak mampu,” ucapnya sambil tersenyum.
Diceritakan, awalnya ia bersama sang istri Sumbiyah (74) menggarap lahan pemberian pemerintah dari program transmigrasi. Kemudian hasil kebun dan ladang mereka jual sendiri ke pasar di Kota Pangkalan Bun.
“Awalnya tidak hanya jualan pisang, tapi ada juga sayur-sayuran. Namun karena kebanyakan pelanggan minta pisang akhirnya saya fokus jualan pisang,” ucapnya.
Diakui Subiyanto hasil berjualan pisang keliling Pangkalan Bun memang tak seberapa. Namun ia bersama sang istri rutin menyisihkan sedikit demi sedikit untuk ditabung. Harapnya setelah banyak akan ia gunakan untuk mendaftar ibadah haji bersama sang istri.
Namun keinginannya berhaji ia urungkan setelah anak bungsunya menyelesaikan pendidikan SMA. Ia berprinsip pendidikan anak jauh lebih penting ketimbang impiannya untuk berhaji. Karena itu, sekitar tahun 1999 ia memutuskan menggunakan tabungannya untuk membiayai anak bungsunya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang ada di Kota Cantik Palangka Raya.
“Waktu itu sekitar tahun 1999 tabunganya ya lumayan. Tapi karena si bungsu mau saat kami tawari untuk kuliah ya kami tunda daftar hajinya. Kami gunakan uang tabungan itu untuk membiayai kuliahnya saja,” ucapnya.
Keputusan menguliahkan anaknya didukung kuat oleh istri dan anaknya yang pertama serta kedua. Karena itu, ia bersama anak-anaknya bergotong royong membiayai anak bungsunya melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
“Saya punya prinsip pendidikan anak itu lebih penting. Makanya setelah lulus SMA kami minta si bungsu untuk kuliah dan alhamdulillah dia mau,” ucapnya.
Sembari membiayai anak bungsunya kuliah, Subiyanto bersama sang istri mengaku tetap berusaha menyisihkan sedikit demi sedikit rezekinya untuk ditabung sehingga bisa mewujudkan impiannya menunaikan ibadah haji ke tanah suci.
Sekitar tahun 2004, anak bungsunya berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dan bekerja disalah satu perusahaan swasta di Palangka Raya. Pada tahun 2008, anaknya berhasil lulus mengikuti seleksi calon pegawai negeri sipil disalah satu instansi vertikal, sehingga dua dari empat anaknya berhasil menyandang status sebagai abdi negara.
“Alhamdulillah sekitar awal tahun 2018, saya bersama istri akhirnya bisa menunaikan ibadah umroh. Anak saya yang pertama yang membantu membiayainya. Dan sepulang umroh, anak bungsu saya juga mendaftarkan saya dan istri untuk ibadah haji,” ucapnya.
Setelah menunggu sekitar enam tahun, akhirnya Ahmad Subiyanto masuk dalam daftar prioritas jamaah haji lanjut usia (lansia) yang berhak melakukan pelunasan tahap pertama di tahun 2024. Kemudian pada pelunasan tahap kedua sang istri masuk dalam daftar jamaah yang berhak melunasi Bipih tahun 2024.
“Alhamdulillah kami sangat berterimakasih kepada pemerintah utamanya Kementerian Agama yang telah memprioritaskan jamaah lansia sehingga kami bisa berangkat menunaikan ibadah haji tahun 2024 ini,” ucapnya.
Ahmad Subiyanto yang tergabung dalam Kloter BDJ 05 ini juga mengaku sangat puas dengan layanan pemerintah baik pemerintah daerah maupun Kementerian Agama melalui PPIH Embarkasi Haji Banjarmasin yang betul-betul memperhatikan jamaah lansia sejak dari keberangkatan di kabupaten hingga pelayanan di embarkasi haji.
“Kami dilayani dengan sangat baik di embarkasi, kami disuguhi makanan yang ramah lansia. Pengurusan dokumen kami juga diprioritaskan. Begitu juga saat di Madinah ini. Kami juga disediakan makanan yang ramah lansia. Sekali lagi terimakasih. Semoga ibadah haji tahun ini lancar dan sukses,” ucap Subiyanto seraya meminta doa dari masyarakat Kalteng agar ia dan istri tercinta terus diberi kesehatan, kemudahan dan kelancaran dalam menunaikan ibadah haji serta kembali ke tanah air dengan predikat haji yang mabrur.(wartakalteng)