Aceh – Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara (Sumut) tinggal dua bulan lagi akan digelar. Namun, meskipun jadwal pelaksanaan semakin dekat, sebagian besar venue pertandingan ternyata belum selesai dibangun. Kondisi ini menimbulkan keprihatinan berbagai pihak yang mengusulkan agar PON XXI ditunda.
“Ini seperti buah simalakama. Jika dipaksakan berjalan ala kadarnya, tentu akan berdampak pada keselamatan dan kenyamanan atlet dalam bertanding,” kata Ledia Hanifa Amalia, anggota Komisi X DPR RI.
Ledia Hanifa menyebutkan bahwa Komisi X sudah membahas lambatnya persiapan PON XXI Aceh-Sumut, termasuk belum rampungnya pembangunan mayoritas venue. Dari hasil pembahasan tersebut, muncul rekomendasi untuk menunda pelaksanaan PON XXI 2024 yang dijadwalkan pada 8-20 September mendatang.
“Di internal Komisi X sudah dibahas tentang itu. Ada usulan untuk diundur. Sebab, beberapa waktu lalu kami melakukan peninjauan di Sumut dan ternyata venue belum selesai semua,” ujar legislator dari PKS tersebut.
Saran untuk menunda pelaksanaan PON XXI juga datang dari tokoh sepak bola nasional, I Gede Widiade. Mantan bos Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya itu menilai bahwa seharusnya venue-venue sudah bisa digunakan saat ini.
“Idealnya tiga bulan sebelum PON XXI digelar, harus ada tes event, tes venue. Paling lambat satu bulan sebelumnya. Namun, ternyata banyak venue yang belum rampung,” kata Gede.
Dikutip dari laman KONI, mayoritas venue memang belum rampung. Di Aceh saja, renovasi dan pembangunan kembali 12 venue di Kota Banda Aceh yang dikerjakan Kementerian PUPR rata-rata progresnya baru mencapai 55-60 persen.
Beberapa venue bahkan masih berada di bawah 50 persen progresnya, seperti Stadion H. Dimurthala (49,31%), Lapangan Tenis Jasdam (44,94%), dan Lapangan Tenis Polda (36,49%).
Kondisi di Sumut pun tidak jauh berbeda. Progres pembangunan Stadion Utama Sumut baru mencapai 53 persen, padahal PON XXI 2024 tinggal dua bulan lagi.
“Dalam dua bulan, akan sangat berat melihat kondisi saat ini bisa selesai pengerjaannya,” ujar Gede.
Gede, yang sarat pengalaman terkait infrastruktur olahraga karena mengelola beberapa lapangan sepak bola di berbagai kota besar di Indonesia, menambahkan bahwa jika PON dipaksakan, banyak hal yang akan dikorbankan, termasuk anggaran dan keselamatan atlet.
“Kalau PON dipaksakan, ada banyak hal yang dikorbankan. Anggaran dan juga keselamatan atlet. Risiko bagi atlet cukup besar. Persiapan mereka bakal tak terarah jika dipaksakan bertanding di venue yang belum siap,” papar Gede.
Gede menegaskan bahwa solusi terbaik adalah menunda pelaksanaan PON XXI 2024. “Solusinya memang hanya satu, diundur,” sebutnya.
Dengan penundaan, tuan rumah akan memiliki waktu yang cukup untuk menyelesaikan venue dan menggelar tes event serta tes venue, sehingga saat PON XXI digelar, semua venue benar-benar aman dan nyaman untuk bertanding.
“Tentunya agar PON lebih terarah bagi pencapaian para atlet yang bertanding,” ujar Gede.(wk)