Abdul Hafid Soroti Persoalan Infrastruktur dan Pendidikan di Kotim, Harap Pjs Bupati Fokus pada Pembangunan



Palangka Raya – Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Abdul Hafid, mengungkap sejumlah persoalan yang harus mendapat perhatian serius dari Pejabat Sementara (Pjs) Bupati Kotawaringin Timur (Kotim). Menurut Hafid, Pjs Bupati yang merupakan pejabat provinsi diharapkan bisa memperhatikan seluruh permasalahan yang tengah dihadapi Kotim agar program pembangunan dapat dijalankan dengan maksimal.

“Karena Pjs Bupati Kotim ini pejabat provinsi, harapannya bisa melihat semua persoalan yang kini tengah dihadapi Kotim,” ujar Hafid, Kamis (24/10).

Beberapa persoalan yang menurut Hafid perlu menjadi perhatian meliputi masalah infrastruktur, sengketa lahan, sektor pendidikan, hingga sektor kesehatan yang menjadi kewenangan provinsi. Hafid berharap, program pembangunan yang dilakukan di Kotim bisa lebih terarah dan memberikan dampak positif pada pembangunan infrastruktur serta perekonomian daerah.

“Pembangunan yang dilakukan daerah saat ini akhirnya tidak maksimal. Jalan dalam kota sebentar saja rusak karena truk angkutan yang harusnya melintas di lingkar selatan melintas dalam kota,” tambah Hafid.

Legislator yang mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Kotawaringin Timur dan Seruyan ini juga menyebutkan bahwa salah satu persoalan yang sangat berdampak adalah pembangunan jalan lingkar selatan yang hingga saat ini belum terselesaikan oleh Pemerintah Provinsi Kalteng. Akibatnya, truk-truk besar masih melintas di jalan dalam kota, menyebabkan kerusakan jalan dan fasilitas milik daerah. Selain itu, masalah ini juga telah menimbulkan korban jiwa akibat kecelakaan yang melibatkan truk yang melintas di jalan-jalan kota.

“Selama ini sudah berapa nyawa melayang akibat truk yang melintas di kota. Dilarang melewati kota, mau bagaimana lagi, jalan yang harus mereka lintasi tidak bisa dilalui,” tegas Hafid.

Selain itu, Hafid juga menyoroti masalah sektor pendidikan, terutama terkait ketimpangan fasilitas pendidikan antara kota dan daerah pelosok. Menurutnya, banyak sekolah menengah atas (SMA) atau kejuruan (SMK) di daerah yang masih tertinggal fasilitasnya jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah di kota. Hal ini menyebabkan banyak siswa dari daerah pelosok yang melanjutkan pendidikan ke kota, karena fasilitas di sekolah di daerah mereka sangat terbatas.

“Mengapa terkadang masih banyak peserta didik dari luar kota ingin melanjutkan ke SMA atau SMK di kota? Karena fasilitas pendidikan di pelosok jauh tertinggal, termasuk infrastruktur lainnya. Ini hanya bagian kecilnya saja,” ujar Hafid.

Hafid berharap perhatian dari pemerintah provinsi untuk meningkatkan fasilitas pendidikan di daerah agar kesenjangan antara kota dan daerah bisa berkurang, serta mendukung pemerataan pembangunan di seluruh Kalteng.