PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) mengambil langkah strategis dalam penanganan abrasi di ruas jalan Ujung Pandaran–Kuala Pembuang. Upaya ini dilakukan guna memastikan jalan strategis tersebut tetap aman dan nyaman dilalui masyarakat.
Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUPR Kalteng, Rody, menjelaskan bahwa konstruksi penahan berupa bronjong yang selama ini digunakan dinilai sudah tidak memadai untuk menahan hantaman gelombang dan pasang laut, khususnya pada titik-titik yang langsung berbatasan dengan laut. Oleh karena itu, pemerintah memutuskan menggantinya dengan konstruksi sheet pile baja.
“Bronjong itu sifatnya sementara. Untuk penanganan permanen, akan diganti dengan sheet pile baja, menyesuaikan dengan kondisi anggaran. Saat ini penanganan sementara dilakukan dengan timbunan berlapis geo tekstil,” ujar Rody usai melakukan koordinasi di lapangan, Minggu (19/4/2025).
Ia menjelaskan, struktur jalan secara umum masih dalam kondisi baik karena menggunakan rigid pavement berlapis aspal HRS-WC yang dirancang tahan banjir hingga usia 40–50 tahun. Namun, abrasi kuat pada titik-titik tertentu telah menyebabkan kerusakan konstruksi bronjong.
“Ketika gelombang pasang terjadi, material pasir terbawa ke laut dan menyebabkan kerusakan. Maka sheet pile baja menjadi solusi terbaik dan akan segera dipasang secara bertahap,” jelasnya.
Rody menambahkan, sheet pile baja akan dipancang hingga kedalaman 12–18 meter. Materialnya kini dalam proses pemesanan dan diharapkan tiba dalam waktu dekat. Target penyelesaian proyek ditetapkan antara Juni hingga Juli 2025.
“Kalau tetap menggunakan bronjong, akan mudah rusak saat banjir atau pasang air laut. Maka dari itu, kami fokus menggunakan sheet pile di titik-titik rawan abrasi. Ini bukan kesalahan kontraktor, tetapi murni karena faktor alam,” tegasnya.
Ruas jalan yang terdampak abrasi tercatat sepanjang kurang lebih 300 meter. Penanganan titik tersebut menjadi prioritas utama karena tingkat abrasi yang tinggi.“Kami mohon doa dan dukungan masyarakat. Meski tantangannya berat, kami optimistis penyelesaian bisa rampung dalam tiga bulan ke depan,” pungkas Rody.
Diketahui, abrasi yang terjadi pada Desember 2024 lalu dipicu curah hujan tinggi dan banjir, menyebabkan penurunan pada pasangan bronjong di beberapa titik jalan. Setelah dilakukan pengecekan teknis, dipastikan bahwa kerusakan terjadi akibat bencana alam, bukan karena kesalahan teknis pelaksanaan.(red)